Friday, 14 October 2016

SYECH ABD. GHANI BATI -BATI


Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan yang bernama kerajaan “ Abastan “ yang diperintah oleh sang maha raja dengan gelar “ Datuk Maha Raja Lila “ berasal dari Negeri Suluk kepulauan Mindanau Fhilipina ) selama bertahun – tahun sang raja belum memiliki keturunan hingga pada suatu hari istri dari sang raja inipun berjalan – jalan bersama beberapa pengawalnya, tiba – tiba di dalam perjalanan itu melihat ada sebiji “ telur “ yang terdapat disekitar pohon bambu, alangkah terkejutnya mereka karena ukuran telur itu tidak seperti biasa sungguh membuat aneh dan menakjubkan bagi siapa pun juga yang melihatnya, telur itu besarnya sekitar sekitar satu hasta empat jari, dengan perasaan yang masih takjub lalu sang ratu pun mengambil telur itu dengan hati yang gembira kemudian langsung membawanya pulang ke istana untuk diperlihatkan kepada sang raja, setelah beberapa tahun lamanya telur itu di jaga dan dipelihara dengan penuh perhatian, maka dengan takdir Sang pencipta Allah SWT yang maha kuasa atas segala sesuatu yang dikehendakinya telur itupun akhirnya menetas dengan sendirinya dan betapa kuasanya sang pencipta dalam telur itu keluarlah seorang bayi yang berkelamin perempuan memiliki paras ayu dan sangat cantik rupanya kemudian ia diberi nama “ Fatimah “
Setelah dipelihara dan dibesarkan dilingkungan yang aman dan damai Fatimah pun beranjak dewasa hingga sampai menginjak usia 14 Tahun , maka dengan takdir Allah SWT pada saat itu datanglah seorang “ Sayyid “ dari Negeri Magribi yang bernama “ Sayyid Abdullah bin Idrus, beliau adalah ulama besar dari negeri Magribi tersebut. Ketika melihat Fatimah beliaupun tertarik dengan putrid angkat raja tersebut dan meminangnya untuk dijadikan istri kemudian menikahlah Sayyid Abdullah dengan Fatimah, kemudian dari perkawinan mereka di karuniai 3 orang anak Laki – Laki yang bernama :
1.      Sultan Abdurrasyid ( yang menyamar menjadi orang biasa )
2.      Datuk Maring Syarif Al – Hasyim ( menjadi raja di negeri suluk )
3.      Datuk Muharrom ( yang menjadi raja di kutai kal-tim )
Setelah wafat sang maha raja, mertua dari Sayyid Abdullah bin Idrus beliau pun pulang ke negeri asalnya. Untuk memerintah kerajaan suluk maka diangkatlah anak yang pertama yaitu Sultan abdurrasyid untuk menggantikan ayahnya. Itulah asal usul berdirinya pangkat sultan di negeri suluk Filipina, setelah lama memerintah kerajaan, maka sultan Abdurrasyid berkeinginan menunaikan ibadah Haji keTanah Suci Mekkah Al – Mukarromah. Maka tahta kerajaan diserahkan kepada adiknya bernama Datuk Maring Syarif Al – hasyim.
Setelah Sultan Abdurrasyid kembali dari ibadah haji beliau juga berkeinginan untuk pulang kenegerinya “ suluk “ Mindanau Filipina dengan menggunakan Kapal perahu namun di dalam perjalanan perahu yang ditumpangi Sultan terbawa oleh tiupan angin yang sangat kencang, kemudian perahu itu terdampar di pesisir Muara “ Banjarmasin”. Akhirnya Sultan tinggal dan menikah dengan anak penghulu putih yang bernama Abdurrahman bin Kyai Raja Jaya, dan juga diberi keturunan 5 orang anak yang diberi nama :
1.      Siroh
2.      Khalifah Muksin
3.      Khalifah Yusuf
4.      Kyai Rangga Kusuma
5.      H. Abu Bakar

Adapun salah satu anak dari sultan Abdurrasyid yang bernama Khalifah Muksin mempunyai seorang anak bernama Mujannah yang kemudian menikah dengan Abdurrahim, dan mempunyai anak bernama “ Syekh H. Abdul Ghani “ yang sekarang kita peringati haulnya, adapun Syekh H. Abdul Ghani mempunyai istri bernama “ Hafifah “ dan dikaruniai 6 orang anak dan salah satunya bernama “ Galuh Khadijah “ dan suaminya bernama H. Husein dan punya anak yaitu, Hj. Aliyah dan suaminya bernama Seman dan mempunyai anak bernama KH. Hamdi yang bertempat tinggal di Bati – Bati.

Syekh H. Abdul Ghani dalam berdakwah dari kota Banjarmasin berangkat menuju kampung “ Bati- Bati “ hanya menggunakan sampan kecil dan di temani 3 orang cucunya yaitu H.M Nuraini, H. Adam dan M. Amin Ilyas. Ketika mereka mulai memasuki sungai kampung bati – bati atau dikenal dengan nama ( Batang Banyu Martu’uh ) alangkah terkejutnya mereka tiba – tiba muncullah seekor buaya besar menghalangi dan siap membanting sampan yang mereka tumpangi tersebut sambil mengangkat kedua tangannya dan memohon do’a kepada Allah SWT kemudian mengarahkan tangannya kepada buaya itu dengan tiba – tiba buaya besar itu pergi dan melarikan diri, maka selamatlah mereka dari gangguan buaya besar itu, kemudian mereka kembali meneruskan perjalanan menuju kampung Bati – Bati yang saat itu berkuasa pemerintah kerajaan “ selingsing “ yang bernama “ H. Buyasien “.

Setelah beberapa lama Syekh H. Abdul Ghani berdakwah di kampung Bati – Bati, beliau pada suatu hari sempat berjalan – jalan kepelosok daerah kampung bati – Bati kemudian sampai di suatu tempat yang bernama “ TALUK MUNDU “ kemudian beliau berpesan berwasiat untuk dimakamkan ditempat itu.

Setelah lama berdakwah di kampung Bati – Bati, beliau pun ingin kembali ke Banjarmasin untuk menemui keluarga dan sanak saudaranya yang ada disana. Setelah lama berkumpul di tengah – tengah keluarga yang rukun dan damai, sampailah dimana sang pencipta menghendaki apa yang ia ciptakan untuk di ambilnya kembali dan tak ada satu jua pun makhluk yang dapat menghalanginya, sesaat menjelang waktu subuh tepatnya pada hari senin, tanggal 13 Dzulhijjah 1318 H. dalam usia 72 Tahun Syekh H. Abdul Ghani di panggil oleh sang ilahi robby “ Inna Lillahi wainna Ilaihi rojiun “ kemudian sesuai wasiatnya maka beliau dimakamkan di Bati – Bati

Demikianlah sekedar riwayat singkat menakib tuan Syekh H. Abdul Ghani, beliau sebagai perintis dan penyiar agama islam untiuk Banjarmasin dan sekitar Bati – Bati, beliau dilahirkan sekitar Tahun 1246 H di Banjarmasin.
Adapun keramat Syekh H. Abdul Ghani antara lain :
v  Ada seorang Laki – laki ketika melewati Makam Tuan Syekh H. Abdul Ghani dia melihat Makam itu mengeluarkan cahaya yang sangat terang sehingga ada juga menyebutnya dengan nama “ DATU TARANG “
v  Ada seorang bidan yang ketika itu hendak pergi untuk membantu persalinan, ketika melewati Makam Tuan Syekh H. Abdul Ghani, beliau mendengar seperti suara orang berdzikir dan makam beliau terlihat Cahaya terang seperti Lampu Setrongkeng / Petromak.
v  Dan ada juga cerita dari seorang Calon Bupati Muara Teweh yang mana dia ziarah dan bernazar apabila perpilih nanti sebagai Bupati maka akan membangunkan kubah untuk Makam Syekh H. Abdul Ghani, dan Alhamdulillah hajat beliau dikabulkan oleh Allah SWT dan kubah yang dijanjikan oleh Bupati Muara teweh tersebut di bangun sekitar Tahun 1998 M.
Maka inilah sebagian dari tanda – tanda keramat dari Syekh H. abdul Ghani, orang yang selalu berjuang untuk Agama Allah SWT, dan sangatlah pantas balasan Tuhan kepadanya berupa kemuliaan – kemuliaan sesudah wafatnya amin
Mudah – mudahan dengan riwayat singkat ini hidup beliau yang gigih berjuang dijalan Allah SWT tanpa mengharap pamrih dari orang lain dan kita harapkan untuk membuahkan renungan bagi kita semua untuk mengikuti akan jejak dan langkah belaiu di jalan Allah SWT dan juga kita berharaf dapat meninggalkan manfaat dan kebaikan – kebaikan untuk orang lain, sehingga bila kita sudah tiada lagi. Namun kebaikan yang sudah kita kerjakan akan tetap selalu dikenang sepanjang masa amiin yaa robbal a’lamin. Kami atas nama juriat Syekh H. Abdul Ghani mohon maaf yang sedalam – dalamnya kalau saja ada kekurangan dan kekhilafan dalam manakib ini.
Demikian.
(dirangkum dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment

DINAMIKA TAKISUNG & PANTAINYA DARI TAHUN KE TAHUN

Takisung  adalah sebuah  kecamatan  yang ada di Kabupaten  Tanah Laut , Provinsi  Kalimantan Selatan ,  Indonesia . Dari segi administ...