Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan
yang bernama kerajaan “ Abastan “ yang diperintah oleh sang maha raja dengan
gelar “ Datuk Maha Raja Lila “ berasal dari Negeri Suluk kepulauan Mindanau Fhilipina ) selama bertahun –
tahun sang raja belum memiliki keturunan hingga pada suatu hari istri dari sang
raja inipun berjalan – jalan bersama beberapa pengawalnya, tiba – tiba di dalam
perjalanan itu melihat ada sebiji “ telur “ yang terdapat disekitar pohon
bambu, alangkah terkejutnya mereka karena ukuran telur itu tidak seperti biasa
sungguh membuat aneh dan menakjubkan bagi siapa pun juga yang melihatnya, telur
itu besarnya sekitar sekitar satu hasta empat jari, dengan perasaan yang masih
takjub lalu sang ratu pun mengambil telur itu dengan hati yang gembira kemudian
langsung membawanya pulang ke istana untuk diperlihatkan kepada sang raja,
setelah beberapa tahun lamanya telur itu di jaga dan dipelihara dengan penuh
perhatian, maka dengan takdir Sang pencipta Allah SWT yang maha kuasa atas
segala sesuatu yang dikehendakinya telur itupun akhirnya menetas dengan
sendirinya dan betapa kuasanya sang pencipta dalam telur itu keluarlah seorang
bayi yang berkelamin perempuan memiliki paras ayu dan sangat cantik rupanya
kemudian ia diberi nama “ Fatimah “
Setelah dipelihara dan dibesarkan
dilingkungan yang aman dan damai Fatimah pun beranjak dewasa hingga sampai
menginjak usia 14 Tahun , maka dengan takdir Allah SWT pada saat itu datanglah
seorang “ Sayyid “ dari Negeri Magribi yang bernama “ Sayyid Abdullah bin
Idrus, beliau adalah ulama besar dari negeri Magribi tersebut. Ketika melihat
Fatimah beliaupun tertarik dengan putrid angkat raja tersebut dan meminangnya
untuk dijadikan istri kemudian menikahlah Sayyid Abdullah dengan Fatimah,
kemudian dari perkawinan mereka di karuniai 3 orang anak Laki – Laki yang
bernama :
1.
Sultan
Abdurrasyid ( yang menyamar menjadi orang biasa )
2.
Datuk Maring
Syarif Al – Hasyim ( menjadi raja di negeri suluk )
3.
Datuk Muharrom (
yang menjadi raja di kutai kal-tim )
Setelah wafat sang maha raja, mertua
dari Sayyid Abdullah bin Idrus beliau pun pulang ke negeri asalnya. Untuk
memerintah kerajaan suluk maka diangkatlah anak yang pertama yaitu Sultan
abdurrasyid untuk menggantikan ayahnya. Itulah asal usul berdirinya pangkat
sultan di negeri suluk Filipina, setelah lama memerintah kerajaan, maka sultan
Abdurrasyid berkeinginan menunaikan ibadah Haji keTanah Suci Mekkah Al –
Mukarromah. Maka tahta kerajaan diserahkan kepada adiknya bernama Datuk Maring
Syarif Al – hasyim.
Setelah Sultan Abdurrasyid kembali
dari ibadah haji beliau juga berkeinginan untuk pulang kenegerinya “ suluk “
Mindanau Filipina dengan menggunakan Kapal perahu namun di dalam perjalanan
perahu yang ditumpangi Sultan terbawa oleh tiupan angin yang sangat kencang,
kemudian perahu itu terdampar di pesisir Muara “ Banjarmasin”. Akhirnya Sultan
tinggal dan menikah dengan anak penghulu putih yang bernama Abdurrahman bin
Kyai Raja Jaya, dan juga diberi keturunan 5 orang anak yang diberi nama :
1.
Siroh
2.
Khalifah Muksin
3.
Khalifah Yusuf
4.
Kyai Rangga
Kusuma
5.
H. Abu Bakar
Adapun salah satu anak dari sultan Abdurrasyid
yang bernama Khalifah Muksin mempunyai seorang anak bernama Mujannah yang
kemudian menikah dengan Abdurrahim, dan mempunyai anak bernama “ Syekh H. Abdul
Ghani “ yang sekarang kita peringati haulnya, adapun Syekh H. Abdul Ghani
mempunyai istri bernama “ Hafifah “ dan dikaruniai 6 orang anak dan salah
satunya bernama “ Galuh Khadijah “ dan suaminya bernama H. Husein dan punya anak
yaitu, Hj. Aliyah dan suaminya bernama Seman dan mempunyai anak bernama KH.
Hamdi yang bertempat tinggal di Bati – Bati.
Syekh H. Abdul Ghani dalam berdakwah dari kota
Banjarmasin berangkat menuju kampung “ Bati- Bati “ hanya menggunakan sampan
kecil dan di temani 3 orang cucunya yaitu H.M Nuraini, H. Adam dan M. Amin
Ilyas. Ketika mereka mulai memasuki sungai kampung bati – bati atau dikenal
dengan nama ( Batang Banyu Martu’uh ) alangkah terkejutnya mereka tiba – tiba
muncullah seekor buaya besar menghalangi dan siap membanting sampan yang mereka
tumpangi tersebut sambil mengangkat kedua tangannya dan memohon do’a kepada
Allah SWT kemudian mengarahkan tangannya kepada buaya itu dengan tiba – tiba
buaya besar itu pergi dan melarikan diri, maka selamatlah mereka dari gangguan
buaya besar itu, kemudian mereka kembali meneruskan perjalanan menuju kampung
Bati – Bati yang saat itu berkuasa pemerintah kerajaan “ selingsing “ yang
bernama “ H. Buyasien “.
Setelah beberapa lama Syekh H. Abdul Ghani
berdakwah di kampung Bati – Bati, beliau pada suatu hari sempat berjalan –
jalan kepelosok daerah kampung bati – Bati kemudian sampai di suatu tempat yang
bernama “ TALUK MUNDU “ kemudian beliau berpesan berwasiat untuk dimakamkan
ditempat itu.
Setelah lama berdakwah di kampung Bati – Bati,
beliau pun ingin kembali ke Banjarmasin untuk menemui keluarga dan sanak
saudaranya yang ada disana. Setelah lama berkumpul di tengah – tengah keluarga
yang rukun dan damai, sampailah dimana sang pencipta menghendaki apa yang ia ciptakan
untuk di ambilnya kembali dan tak ada satu jua pun makhluk yang dapat
menghalanginya, sesaat menjelang waktu subuh tepatnya pada hari senin, tanggal
13 Dzulhijjah 1318 H. dalam usia 72 Tahun Syekh H. Abdul Ghani di panggil oleh
sang ilahi robby “ Inna Lillahi wainna Ilaihi rojiun “ kemudian sesuai
wasiatnya maka beliau dimakamkan di Bati – Bati
Demikianlah sekedar riwayat singkat menakib
tuan Syekh H. Abdul Ghani, beliau sebagai perintis dan penyiar agama islam
untiuk Banjarmasin dan sekitar Bati – Bati, beliau dilahirkan sekitar Tahun
1246 H di Banjarmasin.
Adapun keramat Syekh H. Abdul Ghani antara
lain :
v Ada seorang Laki – laki ketika melewati Makam
Tuan Syekh H. Abdul Ghani dia melihat Makam itu mengeluarkan cahaya yang sangat
terang sehingga ada juga menyebutnya dengan nama “ DATU TARANG “
v Ada seorang bidan yang ketika itu hendak pergi
untuk membantu persalinan, ketika melewati Makam Tuan Syekh H. Abdul Ghani,
beliau mendengar seperti suara orang berdzikir dan makam beliau terlihat Cahaya
terang seperti Lampu Setrongkeng / Petromak.
v Dan ada juga cerita dari seorang Calon Bupati
Muara Teweh yang mana dia ziarah dan bernazar apabila perpilih nanti sebagai
Bupati maka akan membangunkan kubah untuk Makam Syekh H. Abdul Ghani, dan
Alhamdulillah hajat beliau dikabulkan oleh Allah SWT dan kubah yang dijanjikan
oleh Bupati Muara teweh tersebut di bangun sekitar Tahun 1998 M.
Maka inilah sebagian dari tanda – tanda
keramat dari Syekh H. abdul Ghani, orang yang selalu berjuang untuk Agama Allah
SWT, dan sangatlah pantas balasan Tuhan kepadanya berupa kemuliaan – kemuliaan
sesudah wafatnya amin
Mudah – mudahan dengan riwayat singkat
ini hidup beliau yang gigih berjuang dijalan Allah SWT tanpa mengharap pamrih
dari orang lain dan kita harapkan untuk membuahkan renungan bagi kita semua
untuk mengikuti akan jejak dan langkah belaiu di jalan Allah SWT dan juga kita
berharaf dapat meninggalkan manfaat dan kebaikan – kebaikan untuk orang lain, sehingga
bila kita sudah tiada lagi. Namun kebaikan yang sudah kita kerjakan akan tetap
selalu dikenang sepanjang masa amiin yaa robbal a’lamin. Kami atas nama juriat
Syekh H. Abdul Ghani mohon maaf yang sedalam – dalamnya kalau saja ada
kekurangan dan kekhilafan dalam manakib ini.
Demikian.
(dirangkum dari berbagai sumber)
(dirangkum dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment