Haji Muhammad Arsyad ditakdirkan terlahir dari darah campuran
yaitu dari pasangan Haji Dukarim bin Kusin (saudagar asal bugis), dengan Siti
Jaleha atau Datu Tampala Putri Hengan
Sabung (Kepala Suku Dayak Seranau), dilahirkan di kampong Maliku, Bati – Bati,
Pelahari Kalimantan Selatan pda tanggal 07 Mei 1874.
Pada tahun 1875, satu tahun setelah penaklukan kerajaan
Banjar oleh colonial Belanda, seluruh keluarga H.M Arsyad diberikan status
“persona Non Grata” atau diusir keluar dari Pelahari oleh Pemerintahan Klonila
Belanda, sehingga keluarga beluai berhijrah ke di kampong basirih, Mentaya
Hilir Selatan, Samuda Kabupaten Kotawaringin Timur sekarang.
Pada tahun 1920 beliau satu-satunya putra Kalimantan yang
mendapat kepercayaan dari pimpinan pusat partai serikat islam (PSII) HOS
Tjokroaminoto-H.Agus Salim untuk memimpin PSII Zuider En Oosterafdeeling Van
Borneo (Wilayah Kalimantan bagian Selatan), bahkan pada tahun 1930 beliau
menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama islam ke Mekkah bersama –
sama HOS Tjokroaminoto-H.Agus Salim.
Tahun 1926 beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan
pertama bagi masyarakat pribumi dengan nama Sekolah Serikat Islam (SI) Samuda,
kemudian pada tahun 1931 hingga 1942 beliau berhasil mendirikan sebuah lembaga
kepanduan atau kepramukaan dikenal dengan Pandu SIAP di Samuda, Kuala Pembuang,
Kasongan, Kuala Kuayan, pagatan, Mendawai serta kumai.
Cukup banyak Keterlibatan beliau dalam pergerakan perjuangan
Indonesia merdeka mulai dari “Apel Proklamasi Keemrdekaan tanggal 8 Oktober
1945 di Samuda, membidani terbentuknya Batalyon BPRI/TKR pertama di Samuda,
perebutan Sampit atau “Kudeta Sampit Tak Berdarah” tanggal 29 November 1945,
selain itu juga terlibat dalam peristiwa serangan Umum Banjarmasin tanggal 15
Desember 1945 kemudian terlibat dalam serangan 7 januari 1946 di samuda.
Haji Muhammad Aryad keluar masuk penjara dari tahun 1931,
tahun 1934 dan pda tahun 1942 kegiatan politik beliau dibekukan oleh Jepang,
pda bulan Januari 1946 beliau ditangkap selama beberapa hari kemudian pada
bulan Maret tahun 1947 beliau kembali ditangkap oleh pemerintah Belanda, dan
pada bulan Agustus 1947 akhirnya dibebaskan.
Atas jasa – jasanya pada tanggal 2 Mei 1960 beliau
dianugerahi “ Pahlawan Perintis Kemerdekaan RI”. Pada tahun 1982 pemerintah
juga mengabadikan nama Haji Muhammad Arsyad sebagai nama jalan yang membentang
antara Sampit – Samuda hingga ujung Pandaran.
Haji
Muhammad Arsyad meninggal di jaya Kelapa pada tanggal 14 Juli 1960 di Taman
Makam Pahlawan Haji Muhammad Arsyad .
(dari
berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment