Cukup banyak makna misteri yang terkandung kenapa terkadang sebuah kampung atau sebuah desa atau sebuah tempat diberi nama atau gelaran, banyak dari kita tidak tahu persis bagaimana kejadian atau prosesnya, sehingga sebuah kampung diberi nama dengan sebuah nama yang tertentu, begitu pula di Kabupaten Tanah Laut misalnya banyak kampong atau desa atu sebuah tempat yang ada dikabupaten Tanah Laut mempunyai sebutan – sebutan yang kita tidak tahu persis apa maksud dan makna dari nama itu, atau apa sejarahnya sehingga nama tersebut muncul, hal tersebut disebabkan banyak faktor salah satunya karena minimnya dokumentasi tentang riwayat sebuah kampong atau suatu kejadian, sehingga terkadang kita hanya mendengarnya dari cerita mulut ke mulut orang tua bahari (dulu), yang entah apakah itu sebuah kejadian nyata atau hanya sebuah legenda.
Salah satu contoh misalnya kelurahan Pebahanan yang ada di kecamatan Pelaihari kabupaten Tanah Laut, bagaimana dan siapa yang pertama kali memberikan nama desa tersebut, atau kejadian apa yang melatarbelakangi sehingga tempat tersebut bernama pebahanan. Desa pebahanan ini terletak kurang lebih 3 (tiga) km dari kota Pelaihari, terletak di tepi jalan raya Pelaihari – Banjarmasin. Penduduknya mayoritas adalah suku melayu Banjar dan sebagian dari suku jawa kebanyakan dari mereka asalnya adalah dari bekas buruh kontrak karet tanah ambungan. Menurut sebuah riwayat pinutur dari mulut ke mulut dahulunya pekerjaan para penduduk yang mendiami desa tersebut adalah bertani, beternak dan kebanyakan mencari kayu dihutan didekat desa tersebut untuk ditebang dijadikan bahan - bahan kebutuhan sehari hari. Hal ini dikarenakan pada waktu itu di lokasi yang sekarang menjadi kelurahan pebahanan adalah sebuah hutan cukup lebat yang ditumbuhi beragam macam jenis pepohonan
Kayu – kayu hutan yang ditebang kemudian dibawa kekampung dengan menggunakan glendengan yang ditarik oleh seekor sapi. Sesampai diperkampungan kayu tersebut diolah dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kampong bahkan dari luar kampong sebagai papan untuk bahan membuat rumah, juga digunakan oleh masyarakat sebagai bahan membuat glendengan sapi dan sisa - sisa potongan kayu digunakan sebagai bahan bakar (kayu pemangkih bhs banjar). Pada masa itu banyak kalangan masyarakat diluar kampong tersebut memesan kayu yang sudah diolah untuk mereka gunakan sebagai bahan membuat rumah tinggal, bahan bakar rumah tangga mereka atau sebagai bahan pembuat glendengan, karena pada saat itu glendengan sapi adalah satu alat transportasi yang sangat penting, baik untuk angkutan orang maupun angkutan barang.
Maka menurut cerita orang – orang tua dulu sejak saat itulah karena lintas bahan dari kayu olahan dari masyarakat kampung tersebut banyaknya dipesan dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada di sekitar perkampungan maupun dari luar perkampungan, maka akhirnya sejak itulah dikenal kampong tersebut sebagai kampong pebahanan (yang artinya kampung yang menyediakan bahan-bahan). Setiap orang yang akan ke kampong tersebut selalu menyebut ke kampong pebahanan, hingga dikenal sampai sekarang sebagai kelurahan pebahanan
(dari sumber cerita pinutur)
No comments:
Post a Comment