Datu Daim, selama ini dikenal oleh sebagian masyarakat pelaihari hanya nama sebuah jalan, yang berada tidak jauh dari Pasar Tuntung Pandang Pelaihari. Masih banyak masyarakat khususnya kota pelaihari belum mengetahui apa yang melatarbelakangi kenapa didaerah tersebut diberikan nama jalan Datu Daim, dan siapa sebenarnya sosok yang bernama Datu Daim tersebut.
Menurut sumber cerita, lisan salah seorang warga Pelaihari bahwa Datu Daim ini sebenarnya adalah salah seorang pejuang pada saat zaman penjajahan Belanda. Beliau hidup pada masa peperangan kerajaan Banjar, dan salah satu perwira di angkatan perang kesultanan banjar.
Perang Banjar berlangsung antara 1859 -1863. Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan pamannya Arung Turawe, tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Srilangka
salah satu perwira yang berontak dan melarikan diri dari kerajaan Banjar setelah kekalutan tersebut adalah Datu Daim, beliau diburu dan dicari oleh pasukan Belanda, pelarian beliau akhirnya sampai di sebuah hutan didaerah pelaihari.
Hutan tersebut memiliki sebuah danau kecil/telaga yang pada saat itu dijaga oleh makhluk halus seperti jin, dedemit dsb, sehingga masyarakat yang mendiami hutan tidak mampu untuk memanfaatkan air di telaga tersebut. Akhirnya dengan ijin Allah beliau mampu menundukan para makhluk halus yang penjaga telaga, konon dalam perkelahian dengan para penunggu telaga itu beliau mampu berubah wujud menjadi seekor buaya besar yang berwarna putih. sehingga dengan adanya kejadian tersebut, masyarakat memberikan nama telaga menjadi TELAGA DAIM.
Keberadaan beliau kemudian diketahui oleh Belanda, sehingga Belanda mengirimkan pasukan untuk menangkap DATU DAIM. Dalam kondisi terkepung oleh banyaknya pasukan Belanda, beliau bersembunyi di dalam sebuah sumur, disampingnya ada 2 (dua) buah pohon jambu mete (monyet) besar. Selama beberapa waktu pada akhirnya tempat persembunyian beliau diketahui oleh Belanda, tanpa belas kasihan pasukan Belanda menimbun sumur tersebut, tak lama berselang akhirnya beliau meninggal dan wafat disumur yang telah ditimbun oleh pasukan Belanda. Sumur tersebut sekarang telah menjadi makam beliau yang sekarang lokasinya telah menjadi komplek pemakaman umum di Gg Jambu.
Mudah-mudahan cerita ini dapat menginspirasi kita semua, dan sekaligus membuka lembaran lembaran yang masih banyak menyisakan misteri tentang siapa sosok DATU DAIM sesungguhnya.
Wallahu’alam bisawawab.
(dirangkum dari berbagai sumber)
Menurut sumber cerita, lisan salah seorang warga Pelaihari bahwa Datu Daim ini sebenarnya adalah salah seorang pejuang pada saat zaman penjajahan Belanda. Beliau hidup pada masa peperangan kerajaan Banjar, dan salah satu perwira di angkatan perang kesultanan banjar.
Perang Banjar berlangsung antara 1859 -1863. Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan pamannya Arung Turawe, tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Srilangka
salah satu perwira yang berontak dan melarikan diri dari kerajaan Banjar setelah kekalutan tersebut adalah Datu Daim, beliau diburu dan dicari oleh pasukan Belanda, pelarian beliau akhirnya sampai di sebuah hutan didaerah pelaihari.
Hutan tersebut memiliki sebuah danau kecil/telaga yang pada saat itu dijaga oleh makhluk halus seperti jin, dedemit dsb, sehingga masyarakat yang mendiami hutan tidak mampu untuk memanfaatkan air di telaga tersebut. Akhirnya dengan ijin Allah beliau mampu menundukan para makhluk halus yang penjaga telaga, konon dalam perkelahian dengan para penunggu telaga itu beliau mampu berubah wujud menjadi seekor buaya besar yang berwarna putih. sehingga dengan adanya kejadian tersebut, masyarakat memberikan nama telaga menjadi TELAGA DAIM.
Keberadaan beliau kemudian diketahui oleh Belanda, sehingga Belanda mengirimkan pasukan untuk menangkap DATU DAIM. Dalam kondisi terkepung oleh banyaknya pasukan Belanda, beliau bersembunyi di dalam sebuah sumur, disampingnya ada 2 (dua) buah pohon jambu mete (monyet) besar. Selama beberapa waktu pada akhirnya tempat persembunyian beliau diketahui oleh Belanda, tanpa belas kasihan pasukan Belanda menimbun sumur tersebut, tak lama berselang akhirnya beliau meninggal dan wafat disumur yang telah ditimbun oleh pasukan Belanda. Sumur tersebut sekarang telah menjadi makam beliau yang sekarang lokasinya telah menjadi komplek pemakaman umum di Gg Jambu.
Mudah-mudahan cerita ini dapat menginspirasi kita semua, dan sekaligus membuka lembaran lembaran yang masih banyak menyisakan misteri tentang siapa sosok DATU DAIM sesungguhnya.
Wallahu’alam bisawawab.
(dirangkum dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment