Saturday, 28 March 2020

MISTERI PERALATAN KUNO TAHUN 1763 DI PANTAI TAKISUNG



Pantai Takisung terletak sekitar 22 kilometer dari Kota Pelaihari (Ibu kota Tanah Laut) dan sekitar 87 kilometer dari Kota BanjarmasinWisata Pantai Takisung merupakan salah satu lokasi wisata andalan bagi Kabupaten Tanah Laut. Pantai Takisung berada di Desa TakisungKecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.
Sebagai sebuah destinasi wisata, Pantai Takisung memiliki  pesona dengan pemandangan pantai dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa dengan ciri khas pasirnya yang coklat seperti warna air lautnya (untuk identifikasi airnya, yaitu dari hasil observasi didapatkan pH airnya 9 yang tergolong basa dengan suhu 250 °C dan kecepatan aliran airnya sebesar 1927 rpm, sedangkan tingkat kecerahan airnya sebesar 32 cm), Dilengkapi dengan jajanan khas pantai, mulai dari ikan asin, hiasan kerang, udang, ikan, sampai terumbu karang langsung dari nelayan.
Ditengah-tengah posisi pantai disela-sela pasir yang berwarna coklat tersebut teronggok sebuah alat yang masih menyimpan misteri. Alat yang terbuat dari besi tulen bertuliskan Barford & perkins Peterbrough Oil 1763. Sampai tulisan ini dibuat masih belum ditemukan catatan tentang fungsi dan apa manfaat alat tersebut.
Kalau kita mencoba untuk menelusuri sejarah pada abad ke-17 Tabanio daerah terdekat dengan Takisung, merupakan sebuah kampung di sekitar sungai Tabanio di pantai selatan Kalimantan. Kampung tersebut merupakan kawasan strategis dengan potensi ekonomi yang tinggi karena hasil lada, perikanan, dan tambang emas di daerah Pelaihari.
Belanda (VOC) pada masa itu sangat tertarik untuk menguasai Tabanio. Hal tersebut tertulis pada sebuah eprjanjian antara Belanda dengan kesultanan Banjar. Tanggal 6 Juli 1779 VOC membuat perjanjian dengan Sultan Banjar mengenai monopoli perdagangan. Pada pasal 7 perjanjian tersebut termuat tentang pengaturan mengenai pembangunan benteng di Tabanio. Untuk merealisasikan perjanjian tersebut  Belanda (VOC) membangun sebuah benteng yang berbentuk segi empat tidak beraturan di sekitar muara Sungai Tabanio. Masing-masing sudut benteng diperlengkapi dengan bastion yang berbangun bundar. Pintu gerbang menghadap ke laut. Tembok benteng terbilang cukup tinggi, yakni setinggi tubuh gapura. Pada 1791, seorang insinyur Belanda, C. F. Reimer sebenarnya telah merancang sebuah desain benteng yang cukup besar di lokasi tersebut, namun sepertinya tidak direalisasikan.
Kemudian Kalau kita coba amati sejarah nusantara pada tahun 1808, pada saat wilayah nusantara berada dibawah pendudukan Belanda (Perancis), seorang gubernur jenderal H.W Daendels mendapat tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Salah satu kebijakan yang diambil adalah membangun jalan raya yang membentang sejauh 1000 km dari Anyer hingga Panarukan. Jalan ini lebih dikenal dengan nama Jalan Raya Pos (Groote Postweg). Kebijakan ini diambil atas dasar kondisi jalan di Pulau Jawa masih berupa jalan setapak dan sangat buruk pada musim hujan, sehingga membutuhkan waktu tempuh yang lama. Berbeda dengan kondisi jalan yang ada di Eropa berdasarkan pengalaman Daendels. Jalan yang dibangun tersebut beberapa ruas hanya dilakukan pemadatan dan pengerasan dengan pasir dan batu agar lebih kuat dan tidak berlumpur saat hujan, sehingga bisa dilintasi kereta kuda. Beberapa ruas lagi adalah jalur baru yang terkoneksi dengan jalan yang sudah ada, seperti dari wilayah Bogor menuju Bandung yang melintasi daerah pegunungan Megamendung dan Puncak. Akhirnya jalan ini berhasil diselesaikan sekitar tahun 1810 atau hanya dua tahun masa pembangunan.
Mengamati catatan sejarah tersebut dengan menghubungkan keberadaan benteng Tabanio sebagai pertahanan daerah pusat pemerintahan belanda di Tabanio sekaligus memperhatikan kebijakan deandles di kepulauan jawa maka dapat diasumsikan hubungan peralatan colonial yang ada dipantai takisung tersebut merupakan Light Petrol Roller sehingga ada sebuha kemungkinan yang cukup besar bahwa peralatan besi tulen bertuliskan Barford & perkins Peterbrough Oil 1763 tersebut digunakan sebagai alat untuk pembuatan jalan antara tabanio, takisung dan menuju kota pelaihari.
Namun asumsi ini kemungkinan akan masih dapat berkembang seiring dengan adanya bukti-bukti baru yang lebih valid, tetapi kita dapat menafsirkan bahwa pada saat keberadaan benteng di tabanio, pembangunan di daerah tabanio pada zaman itu sudah begitu pesat. Hal tersebut dimungkinkan karena tabanio tidak saja sebagai sebuah kota pelabuhan tetapi juga merupakan sebuah kota sebagai pusat pemerintahan pada zaman penjajahan Belanda.

No comments:

Post a Comment

DINAMIKA TAKISUNG & PANTAINYA DARI TAHUN KE TAHUN

Takisung  adalah sebuah  kecamatan  yang ada di Kabupaten  Tanah Laut , Provinsi  Kalimantan Selatan ,  Indonesia . Dari segi administ...