Wednesday, 26 October 2016

NOSTALGIA GULA PELAIHARI (1982 - 2001)

Pada tahun 1980an Kab. Tanah laut, Kota Pelaihari bagi masyarakat Kalimantan Selatan dikenal sebagai pemasok gula bagi masyarakat Kalimantan Selatan, hal ini disebabkan pada saat itu di Kabupaten Tanah Laut mempunyai sebuah pabrik gula yang berada di Desa Ambungan.

Pada saat itu pembangunan pabrik gula di Pelaihari bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gula nasional yang kian meningkat. Adapun Gagasan pembangunan pabrik gula Pelaihari ini adalah merupakan aspirasi masyarakat Tanah Laut kepada pemerintah pusat melalui memorandum DPRD II Tanah Laut Kalimantan Selatan Nomor 02/MEMO/DPRD-TL tanggal 2 November 1980 yang ditanda tangani oleh Ketua DPRD KH Abdul Wahab (alm).

Memo tersebut ditujukan kepada pemerintah pusat dengan dengan isi agar pemerintah pusat dapat membangun pabrik gula di Pelaihari dengan tujuan untuk penyerapan tenaga kerja dan mempercepat swasembada gula, adanya informasi dari Pemerintah Kabupaten Tanah Laut yang menyediakan lahan seluas 22.000 ha, maka akhirnya pemerintah pusat memberikan tanggapan positip terhadap aspirasi masyarakat ini.

Maka pada tahun 1982 Pemerintah Pusat merealisasikan pembangunan pabrik gula Pelaihari dengan biaya keseluruhan mencapai US$ 130,2 juta, 60% dari dana pembiayan tersebut merupakan dana pinjaman dari Bank Dunia, dan PT. Perkebunan XXIV-XXV sebagai pengelola proyek pengembangan ini, dengan memakai pola perkebunan inti rakyat (PIR).

Proses pembangunan pabrik gula ini banyak menemui kendala, kendala yang cukup serius adanya klaim oleh warga sebanyak 11.000 ha dari lahan yang diseiapkan oleh Pemerintah Daerah sebanyak 22.000 ha, sehingga pada saat itu gubernur Kalimantan Selatan HM Said turun tangan dengan mengundang Tim Optibsus penertiban pertanahan di Tanah Laut untuk melakukan investigasi. Hasil investigasi tersebut dinyatakan 648 sertifikat tanah adalah cacat hukum. Akhirnya dengan segala macam kendala pembangunan pabrik gula pelaihari dapat dilaksanakan.

Keberadaan pabrik gula ini sangat berpengaruh pada sektor perekonomian kabupaten Tanah Laut, bukan saja mampu menyerap banyak tenaga kerja tetapi juga mampu menjadi penggerak sector – sector lain. Tercatat pada tahun 1986 jumlah uang beredar di Tanah Laut berupa Tabanas, giro dan pengiriman uang naik dengan pesat 80% per tahun dari Rp. 500 juta menjadi Rp. 1,4 milyar dalam kurun waktu 1982-1985. Deposito berjangka naik 2.000 % dari Rp.8,4 juta pada tahun 1982 menjadi Rp. 194 juta pada tahun 1985.

Hal ini disebabkan salah satunya juga karena adanya pertambahan jumlah penduduk sehubungan dengan segala aktivitas yang ada di pabrik gula, di wilayah kerja pabrik telah bermukim 700 kk petani plasma eks transmigran ditambah dengan 1.437 orang karyawan pabrik belum termasuk buruh tebang dan tenaga borongan lainnya.

Pada saat itu kota Pelaihari masih tergolong kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar 38.000 jiwa. Dampak positif dari pertambahan penduduk ini juga mempengaruhi sektor-sektor perdagangan non formal lain seperti bertambahnya kios dan toko baru, bengkel-bengkel motor, serta jasa angkutan umum lainnya. Namun sayangnya geliat roda ekonomi Tanah Laut yang amat positip pada era tersebut tidak diikuti dengan semakin membaiknya pula kondisi manajemen pabrik gula Pelaihari.

Namun sayangnya seiring dengan perjalan waktu keberadaan pabrik gula pelaihari mulai meredup, hal ini disebabkan banyak factor, antara lain karena pada saat tertentu kondisi musim yang kurang mendukung, konflik manajemen, penataan tenaga kerja dsb, sehingga pabrik gula pelaihari mengalami kemerosotan.

Dengan segala daya dan upaya dilakukan untuk keberlangsungan pabrik gula Pelaihari, tetapi akhirnya pabrik ini harus menyerah kepada keadaan, sehingga pada tanggal 25 Oktober 2001 pabrik ini resmi dilikuidasi oleh pemerintah. Perkebunan Nusantara XI resmi menarik diri dari bumi tuntung pandang Tanah Laut, padahal keberadaan pabrik gula pelaihari saat itu sangat banyak membantu sector perekonomian di Kabupaten Tanah laut bahkan pada masa itu setiap masyarakat di kalimatan Selatan selalu menyebut gula dengan sebutan GULA PELAIHARI.

"AKHIRNYA GULA PELAIHARI HANYA TINGGAL CERITA DAN KENANGAN MASA LALU."
 
(dari berbagai sumber)


No comments:

Post a Comment

DINAMIKA TAKISUNG & PANTAINYA DARI TAHUN KE TAHUN

Takisung  adalah sebuah  kecamatan  yang ada di Kabupaten  Tanah Laut , Provinsi  Kalimantan Selatan ,  Indonesia . Dari segi administ...