Friday, 14 October 2016

BENTENG TABANIO



Benteng Tabanio terletak di desa Tabanio, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. Tabanio sudah di kenal sejak lama oleh masyarakat luas yang mendiami Kerajaan Banjar, pada masa itu Tabanio merupakan daerah yang strategis baik untuk perdagangan seperti perkebunan lada, perikanan dan pertambangan emas, selain itu juga sebagai daerah pertahanan sehingga membuat para pedagang asing tertarik untuk mengembangkan usaha perdagangan mereka di Tabanio.

Distrik Tabanio dahulu Afdeeling Tabanio adalah bekas distrik (kawedanan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Tanah Laut pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Distrik Tabaaio meliputi daerah aliran sungai Tabanio. Distrik Tabanio pernah dipimpin oleh Kepala Distrik (districhoofd) yaitu

Tahun
Districtshoofd
1842 J. F. Mallien, posthuder te Tabanio
1843-1849? Kiai Jaija Nagara (inlandsche hoofd te landen Laut, Afdeeling Tabanio).
1861-1862 Kiai Soera (eerste inlandsche hoofd te Tabanio, Afdeeling Tanah Laoet)
1862 Pembakal Boekasim (eerste hoofd te Tabanio, Afdeeling Tanah Laoet)
1863 ?????[10]
1868?-1870 Pembakal Kiahi Soera (Districtshoofd van Tabanio, Afdeeling Tanah Laut)
1871 Kjahi Mas Djaja Kesoema (Districtshoofd van Tabanio, Afdeeling Tanah Laut))

Berita keunggulan desa tabanio tersebut tidak luput dari perhatian Kompeni Belanda, sehingga mereka memutuskan untuk segera mendirikan sebuah benteng di daerah ini, Pada abad ke-18, Tanggal 6 Juli 1779 dengan ditandatanganinya satu perjanjian antara Kesultanan Banjar dan VOC, di mana VOC diberi monopoli atas perdagangan di Banjar, salah satu klausal perjanjian tersebut adalah termuat hak VOC untuk membangun sebuah benteng.

Akhirnya pada tahun 1789 didirikanlah benteng Tabanio (Fort Tabaniouw), benteng ini dibangun dengan tujuan ganda yaitu untuk kepentingan penguasaan ekonomi dan penguasaan wilayah secara politis. Sebagaimana juga Benteng Tatas di pusat perekonomian yaitu Banjarmasin ( sekarang lokasi Sabilal Muhtadin ‘ Mesjid Raya ‘), juga tambang batu bara “ Oranje Nassau “ di Pengaron dan Tambang batu bara di Banyu Irang adalah merupakan bangunan ganda dalam tujuan. Sehingga bangunan semacam itu lebih dikenal oleh masyarakat kerajaan Banjar dengan nama menurut lokasinya seperti Benteng Tabanio, Benteng Pengaron, Benteng Banyu Irang, dan sebagainya.

Banyaknya benteng – benteng yang di dirikan oleh Belanda menyebabkan pula antara lain sebagi pendorong munculnya ketidaksenangan penduduk terhadap Belanda yang akhirnya membawa kepada alur ketidak puasan dan pecahnya Perang Banjar, yang ditandai dengan penyerangan Benteng Pengaron pada tanggal 28 April 1859 di bawah pimpinan Pangeran Antasari dan berakhir pada Januari 1905 dengan gugur Pangeran Mohammad Seman ( gelar : Gusti Mat Seman ) bin Pangeran Antasari untuk mengusir kekuasaan dan Kompeni Belanda dari Tanah Banjar yang bersemboyan “ Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing “.

Pada bulan Agustus 1859 Haji Buyasin yang mengikuti Demang Leman dan Kiai Langlang beserta beberapa pasukan menyerang Benteng Tabanio dan berhasil merebutnya bahkan pemimpin Belanda yang bernama Mauritz tewas beserta beberapa tentara belanda. Kekalahan tersebut membuat Kompeni Belanda memutuskan untuk mengerahkan kekuatan militernya dengan menggunakan Kapal Perang Bone agar dapat kembali merebut Benteng Tabanio., tetapi serangan Belanda tersebut masih dapat dikalahkan oleh Haji Buyasin dan pasukannya. Haji Buyasin dan pasukannya adalah pasukan yang diperintahkan oleh Pangeran Antasari untuk memimpin perang gerilya ( gurila : bhs. Banjar ) di bagian Tanah Laut ( Pleihari, Bati – Bati, Satui, Tabanio, dan seluruh pesisir serta Pantai Tanah Laut ). Kemudian Belanda kembali menyusun strategi yang lebih matang dan dengan mengerahkan pasukan yang lebih besar akhirnya Benteng Tabanio dapat direbut kembali oleh Belanda.

Setelah dihapuskannya eksistensi Kerajaan Banjar pada 11 Juni 1860 dan berakhirnya perang Banjar pada awal abad 20 M, Benteng Tabanio tidak digunakan lagi dan dtinggalkan tanpa perawatan. Akhirnya dengan kondisi seperti itu Benteng Tabanio mengalami kerusakan cukup parah, bahkan bahan bangunan bekas benteng banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sehingga lambat laun Benteng Tabanio mengalami kemusnahan.

Keadaan Benteng Tabanio sekarang hanya tinggal bekas – bekas dan bertebarannya bata – bata disekitar lokasi bekas bangunan benteng Tabanio. Menurut catatan dan pengamatan yang dilakukan oleh Tim Inventarisasi dan Dokumentasi Bidang permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan ( Bidang PSK ) Kanwil Dep. P dan K Prop. Kalsel diperkirakan ( menurut informasi ) dan diukur, Luas Benteng 20.000 meter persegi, Panjang 200 lebar 100 meter ( 200 X 100 meter ) yang di kelilingi oleh parit ( sungai kecil buatan ) di tepi Sungai Tabanio. Arah Bangunan ini menghadap ke barat yang mungkin dahulunya meriamnya menghadap ke pesisir di sebelah barat, yakni Laut Jawa. Banjarmasin ke Pleihari lebih kurang 99 kilometer dan Pleihari ke Benteng Tabanio lebih kurang 34 kilometer.

(Di rangkum dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment

DINAMIKA TAKISUNG & PANTAINYA DARI TAHUN KE TAHUN

Takisung  adalah sebuah  kecamatan  yang ada di Kabupaten  Tanah Laut , Provinsi  Kalimantan Selatan ,  Indonesia . Dari segi administ...