Ini bukan judul film Indonesia di tahun 70-an, tetapi tragedi di Jember
Jawa Timur, yang membuat kita tersentak dan bumi pertiwi kembali
meneteskan air mata, peristiwa yang merengut korban jiwa dan memusnahkan
harta benda. Dimana Banjir melanda bukan saja arus air yang deras,
namun di ikuti gumpalan lumpur. Air yang merupakan sumber kehidupan
kembali menjadi sumber kematian bagi mereka yang menggunakannya.
Membicarakan
air di musim hujan seperti saat ini bisa jadi sesuatu yang terlupakan.
Masalahnya air sangat mudah didapat dari pasokan hujan yang hampir
setiap hari menyirami bumi dan membuat pasokan air tanah bagi sumur
masyarakat. Musim hujan seperti ini membuat meningkatnya volume air
sumur masyarakat, sawah petani mulai hijau dan segar setelah sekian lama
mengalami kekeringan.
Air
adalah anugerah Tuhan yang sangat bernilai kepada seluruh makhluk yang
ada dimuka bumi ini. Air adalah satu sumber kehidupan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Manusia dapat bertahan hidup tanpa listrik, alat – alat elektronik, tetapi
tidak akan bertahan tanpa air. Krisis air yang pernah terjadi di
beberapa daerah di tanah air membuktikan bahwa betapa pentingnya air
bagi kehidupan.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa tanpa air maka pincanglah kehidupan manusia dan
kehidupan lainnya. Bukan saja penting bagi kehidupan manusia secara
individu (mandi, mencuci, minum, dsb), tetapi juga sangat diperlukan
bagi lancarnya roda perindustrian, pertanian apalagi, dunia pariwisata
dll. Bahkan air merupakan salah satu sumber mata pencaharian, hal ini
tergambarkan bahwa air indentik dengan nelayan, kepada airlah tempat
mereka mencari rejeki bagi memenuhi tuntutan hidup. Inilah bukti betapa
pentingnya air bagi kehidupan manusia.
Namun
demikian air dapat berbalik menjadi sumber bencana apabila kita tidak
memeliharanya secara bersahabat, apalagi dalam penggunannya tidak secara
rasional dan tidak memperhatikan faktor – faktor lain yang menyebabkan
air menjadi sumber bencana bagi manusia. Bahan buangan perumahan seperti
sampah rumah tangga, sampah – sampah industri yang mengandung bahan
kimia berbahaya seperti fosfat, sianida, dan asid sulfurik dibuang
seenaknya, pengaliran air yang bercampur dengan tanah, baja, racun
serangga serta minyak ini yang menyumbang kepada pencemaran air.
Apabila
jumlah penduduk semakin meningkat, permintaan untuk tanah juga
meningkat, dan kita tahu air merupakan kebutuhan paling esensial yang
tidak dapat digantikan dengan benda apapun. Bahkan tidak adan benda yang
dapat digunakan untuk mensubstitusi air yang kebutuhannya meningkat.
Akhirnya penebangan hutan sebagai salah satu solusi untuk pemenuhan
pemukiman maupun untuk industri. Tindakan ini salah satu faktor yang
menyebabkan keseimbangan ekosistem kita terganggu. Implikasinya berlaku
banjir, kurangnya simpanan air bersih. Contoh nyata adalah terjadinya
longsor di Banjarnegara Jawa Tengah, dan banjir lumpur di Jember Jawa
Timur.
Pada
dua puluh tahun yang lalu Emil Salim mantan Menteri Lingkungan Hidup,
pernah diingatkan oleh Mardjono Notodihardjo yang pada waktu itu
menjabat sebagai Direktur Air Departemen Pekerjaan Umum (kompas, 21
Agustus 2003), bahwa Indonesia akan menderita krisis air di tahun 2000.
Ramalan ini didasarkan laju pertumbuhan penduduk yang mendorong kenaikan
permintaan air tawar untuk pertanian, industri, hotel, dan perumahan,
disatu pihak yang berhadapan dengan merosotnya kemampuan lingkungan
menyerap dan menahan air hujan di pihak lain. Secara umum jumlah
ketersedian air tawar di Indonesia masih besar ketimbang pemakaian
sepanjang tahun, yang menjadi masalah, volume air tawar ini memuncak
dimusim hujan menjadi bencana banjir, tetapi menyusut di musim kemarau
menimbulkan krisis air yang parah.
Akhirnya,
air memainkan peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup dimuka bumi
ini. Oleh karena itu kita harus memelihara alam sekitar kita agar
masalah pencemaran, krisis air air, banjir dan longsor dapat
diminimalisir syukur – syukur dapat diatasi. Sesungguhnya air adalah
nadi kehidupan kita. Namun semuanya kembali kepada kita. Kitalah yang
sebenarnya membanjirkan air dan melongsorkan tanah.
No comments:
Post a Comment