Datu Nafis, nama lengkap beliau adalah H. Muhammad Nafis bin Ideris dilahirkan pada tanggal 11 Dzulhijah 1147 H, beliau wafat dalam usia 93 tahun, yaitu pada tahun 1240 H.
Datu Nafis berasal dari martapura dan merupakan salah satu murid Datu Kelampaian Syekh Muhammad Arsyad Albanjari. H. Muhammad Nafis bin Ideris setelah berguru dengan Datu Kelampaian beliau mengajarkan ilmunya di Martapura. Beliau dikenal sebagai sosok yang rajin belajar dan haus akan ilmu agama, akhirnya pada usia 40 tahun beliau ke mekkah untuk menunaikan haji sekaligus belajar ilmu agama. Hal tersebut pada saat pada Datu Nafis berusia 40 tahun. Beliau tinggal diMekkah selama 15 tahun. Saat berusia 55 tahun akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke Martapura menjadi guru agama di martapura selama 3 tahun.
Semangat beliau untuk berdakwah sangat tinggi, beliau mendengar disuatu kampong didaerah Pelaihari terdapat sebuah kampong yangmasih sangat kental dengan ilmu sihir dan paham animism, sehingga beliau memutuskan untuk menyiarkan dakwah islam di daerah pelaihari tepatnya di Desa Ujung Batu, saat itu Datu Nafis sudahberusia 58 tahun. Mengingat usia dan kondisi kesehatan beliau akhirnya memutuskan untuk menetap di kampung ujung batu tersebut.
Di desa ujung batu beliau pertama tama mengajarkan baca tulis huruf arab yaitu membaca alquran baik bagi anak anak maupun orang tua. Karena pelajaran membaca alquran dimulai belajar huruf alif, ba ta dst, sehingga saat itu beliau dikenal dengan Datu alif ba ta atau juga datu di bata.
Selain mengajarkan ilmu agama di daerah pelaihari kegiatan beliau sehari hari di kampong Ujung Batu adalah bertani (bahuma) , berkebun seperti rambutan durian dll, serta juga membuat gula merah, disela kesibukan beliau juga rajin menulis buku buku agama.
Dalam sebuah cerita konon pernah terjadi perkelahian antara Datu Nafis dengan makhluk halus di hutan desa Ujung Batu. Hal tersebut diawali pada suatu ketika saat beliau berada di atas pohon untuk membuat air gula merah, pada saat itu datanglah seorang laki-laki yang tidak beliau kenal untuk meminta air gula merah (lahang), karena beliau berada diatas pohon maka beliau menyuruh agar laki – laki tersebut untuk mengambil sendiri air gula merah yang berada di bawah pohon tersebut. Tidak beberapa lama kemudian saat beliau turun dari pohon aren beliau melihat air gula merah yang ada dibawah pohon tidak berkurang samasekali, padahal pada saat beliau berada diatas pohon ada orang yang ingin meminta air gula merah tersebut. Melihat hal tersebut beliau mendapat firasat bahwa hal ini bukan kejadian biasa.
Sesampai dirumah, maka kejadian tersebut sampaikan kepada isteri beliau, kemudian beliau berpesan bahwa nanti malam beliau mempunyai sebuah pekerjaan yang harus diselesaikan. Setelah shalat Isya Datu Nafis berangkat menuju ke hutan yang selama ini digunakan untuk bertani dan berkebun. Sesampainya dilokasi tersebut beliau melihat bahwa tanamannya sudah mulai layu dan mongering, dengan menggunakan mata batin beliau melakukan komunikasi dengan para makhluk halus yang ada di hutan tersebut. Dalam komunikasi tersebut para penunggu hutan menginginkan tumbal dan sesajen seperti layaknya yang selama ini dilakukan oleh masyarakat setempat agar tanamannya aman dari gangguan mereka, apabila tumbal dan sesajen tidak dipenuhi maka seluruh tanaman beliau akan di musnahkan oleh para makhluk halus penunggu hutan tersebut.
Beliau berketetapan bahwa beliau tidak akan memberikan sesajen apapun bagi makhluk halus tersebut, karena hal itu adalah termasuk perbuatan syirik, dan terjadilah perkelahian antara Datu Nafis atau Datu Alif Ba Ta dengan para jin penunggu hutan tersebut. Perkelahian tersebut sangat seru, bahkan menurut cerita pohon-pohon yang ada dihutan tersebut banyak yang tumbang dan layu. Datu nafis dengan ijin Allah SWT akhirnya dapat mengalahkan para mahkluk tersebut, bahkan para makhluk halus mengaku tunduk dan bersedia untuk menjadi khadam beliau.
Tetapi beliau dengan penuh welas asih tidak mau menerima keinginan para makhluk halus tersebut, tetapi beliau hanya mau bersahabat tanpa ada ikatan apa-apa dan beliau berpesan agar para makhlus halus yang ada dihutan tidak lagi mengganggu masyarakat yang memanfaatkan sumber daya hutan tersebut.
Maka sejak itu kebiasaan masyarakat menaruh sesajen dan memberikan tumbal untuk makhluk halus mulai berkurang, bahkan masyarakat mulai ebrbondong – bonding untuk belajar agama kepada beliau.
Akhirnya pada bulan rajab tahun 1240 H dalam usia 93 tahun Datu Nafis atau Datu Alif Ba Ta meninggal di desa ujung batu dan dimakamkan di kaki gunung keramaian.
Dari Keturunan beliau banyak melahirkan tokoh - tokoh ulama di Pelaihari seperti : K.H Ahmad Nawawi Penjaratan, K.H Ismail bati-Bati, K. H Mansur (Datu Tangah) Pelaihari dll
(Dari berbagai sumber)
Datu Nafis berasal dari martapura dan merupakan salah satu murid Datu Kelampaian Syekh Muhammad Arsyad Albanjari. H. Muhammad Nafis bin Ideris setelah berguru dengan Datu Kelampaian beliau mengajarkan ilmunya di Martapura. Beliau dikenal sebagai sosok yang rajin belajar dan haus akan ilmu agama, akhirnya pada usia 40 tahun beliau ke mekkah untuk menunaikan haji sekaligus belajar ilmu agama. Hal tersebut pada saat pada Datu Nafis berusia 40 tahun. Beliau tinggal diMekkah selama 15 tahun. Saat berusia 55 tahun akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke Martapura menjadi guru agama di martapura selama 3 tahun.
Semangat beliau untuk berdakwah sangat tinggi, beliau mendengar disuatu kampong didaerah Pelaihari terdapat sebuah kampong yangmasih sangat kental dengan ilmu sihir dan paham animism, sehingga beliau memutuskan untuk menyiarkan dakwah islam di daerah pelaihari tepatnya di Desa Ujung Batu, saat itu Datu Nafis sudahberusia 58 tahun. Mengingat usia dan kondisi kesehatan beliau akhirnya memutuskan untuk menetap di kampung ujung batu tersebut.
Di desa ujung batu beliau pertama tama mengajarkan baca tulis huruf arab yaitu membaca alquran baik bagi anak anak maupun orang tua. Karena pelajaran membaca alquran dimulai belajar huruf alif, ba ta dst, sehingga saat itu beliau dikenal dengan Datu alif ba ta atau juga datu di bata.
Selain mengajarkan ilmu agama di daerah pelaihari kegiatan beliau sehari hari di kampong Ujung Batu adalah bertani (bahuma) , berkebun seperti rambutan durian dll, serta juga membuat gula merah, disela kesibukan beliau juga rajin menulis buku buku agama.
Dalam sebuah cerita konon pernah terjadi perkelahian antara Datu Nafis dengan makhluk halus di hutan desa Ujung Batu. Hal tersebut diawali pada suatu ketika saat beliau berada di atas pohon untuk membuat air gula merah, pada saat itu datanglah seorang laki-laki yang tidak beliau kenal untuk meminta air gula merah (lahang), karena beliau berada diatas pohon maka beliau menyuruh agar laki – laki tersebut untuk mengambil sendiri air gula merah yang berada di bawah pohon tersebut. Tidak beberapa lama kemudian saat beliau turun dari pohon aren beliau melihat air gula merah yang ada dibawah pohon tidak berkurang samasekali, padahal pada saat beliau berada diatas pohon ada orang yang ingin meminta air gula merah tersebut. Melihat hal tersebut beliau mendapat firasat bahwa hal ini bukan kejadian biasa.
Sesampai dirumah, maka kejadian tersebut sampaikan kepada isteri beliau, kemudian beliau berpesan bahwa nanti malam beliau mempunyai sebuah pekerjaan yang harus diselesaikan. Setelah shalat Isya Datu Nafis berangkat menuju ke hutan yang selama ini digunakan untuk bertani dan berkebun. Sesampainya dilokasi tersebut beliau melihat bahwa tanamannya sudah mulai layu dan mongering, dengan menggunakan mata batin beliau melakukan komunikasi dengan para makhluk halus yang ada di hutan tersebut. Dalam komunikasi tersebut para penunggu hutan menginginkan tumbal dan sesajen seperti layaknya yang selama ini dilakukan oleh masyarakat setempat agar tanamannya aman dari gangguan mereka, apabila tumbal dan sesajen tidak dipenuhi maka seluruh tanaman beliau akan di musnahkan oleh para makhluk halus penunggu hutan tersebut.
Beliau berketetapan bahwa beliau tidak akan memberikan sesajen apapun bagi makhluk halus tersebut, karena hal itu adalah termasuk perbuatan syirik, dan terjadilah perkelahian antara Datu Nafis atau Datu Alif Ba Ta dengan para jin penunggu hutan tersebut. Perkelahian tersebut sangat seru, bahkan menurut cerita pohon-pohon yang ada dihutan tersebut banyak yang tumbang dan layu. Datu nafis dengan ijin Allah SWT akhirnya dapat mengalahkan para mahkluk tersebut, bahkan para makhluk halus mengaku tunduk dan bersedia untuk menjadi khadam beliau.
Tetapi beliau dengan penuh welas asih tidak mau menerima keinginan para makhluk halus tersebut, tetapi beliau hanya mau bersahabat tanpa ada ikatan apa-apa dan beliau berpesan agar para makhlus halus yang ada dihutan tidak lagi mengganggu masyarakat yang memanfaatkan sumber daya hutan tersebut.
Maka sejak itu kebiasaan masyarakat menaruh sesajen dan memberikan tumbal untuk makhluk halus mulai berkurang, bahkan masyarakat mulai ebrbondong – bonding untuk belajar agama kepada beliau.
Akhirnya pada bulan rajab tahun 1240 H dalam usia 93 tahun Datu Nafis atau Datu Alif Ba Ta meninggal di desa ujung batu dan dimakamkan di kaki gunung keramaian.
Dari Keturunan beliau banyak melahirkan tokoh - tokoh ulama di Pelaihari seperti : K.H Ahmad Nawawi Penjaratan, K.H Ismail bati-Bati, K. H Mansur (Datu Tangah) Pelaihari dll
(Dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment