Keadaan geomorfologis Nusantara masa lalu sangat berbeda, dimana adanya pendangkalan lautan menjadi sebuah daratan. Hal tersebut mempengaruhi penyebaran suku-suku bangsa di Kalimantan. Pada jaman purba pulau Kalimantan bagian selatan dan tengah merupakan sebuah teluk raksasa. Kalimantan Selatan merupakan sebuah tanjung, sehingga disebut juga sebagai pulau Hujung Tanah dalam Hikayat Banjar, sedangkan dalam kitab Negarakertagama disebut Tanjung Negara. Kitab Negarakertagama memberikan gambaran pada Tanjung Negara, bahwa sungai Barito dan sungai Tabalong pada jaman itu masih merupakan dua sungai yang terpisah yang bermuara ke teluk tersebut. Ketika orang Melayu generasi pertama yang menjadi nenek moyang suku bangsa Banjar bermigrasi ke daerah ini mereka mendarat di sebelah timur teluk tersebut, diduga di sekitar kota Tanjung, di Tabalong yang di masa tersebut terletak di tepi pantai, mereka bertetangga dengan suku Dayak Maanyan. Suku Dayak Maanyan bermigrasi datang dari arah timur Kalimantan Tengah dekat pegunungan Meratus dan karena tempat tinggalnya dekat laut, suku Maanyan telah melakukan pelayaran hingga ke Madagaskar. Setelah berabad-abad sekarang wilayah suku Maanyan di Barito Timur sangat jauh dari laut karena adanya pendangkalan. Sementara suku Dayak Ngaju yang bermigrasi dari datang arah barat Kalimantan Tengah, merupakan keturunan dari suku Dayak Ot Danum yang tinggal dari sebelah hulu sungai-sungai besar di wilayah tersebut.
Dalam zaman pra sejarah sampai dengan zaman sejarah pegunungan meratus atau pegunungan beratus (pegunungan beratus adalah pegunungan yang terletak diperbatasan Kabupaten Tanah laut dengan Kabupaten Banjar) masih merupakan sebuah semenanjung yang menjurus kearah laut jawa
Penelitian bukti – bukti dari zaman Neolitik di kaki pegunungan meratus atau pegunungan beratus seperti di Gunung Buluh Lombok, Gunung Batu kapur, Gunung Batu Mandi belum pernah dilakukan, namun kemungkinan adanya jenis binatang laut yang hidup seperti berbagai kerang dan ikan di sekitar wilayah pegunungan meratus menunjukan bahwa pada masa itu ada ciri – ciri kehidupan.
Dengan ditemukannya jenis alat batu pada tahun 1939 oleh H Kupper di Awang bangkal, kemudian pada tahun 1958 jenis kapak berimbas oleh Toer Soetardjo juga di lokasi yang sama, yaitu di Awang Bangkal di dasar sungai riam kanan Kabupaten Banjar, berupa kapak berimbas yang terbuat dari karakal kwarsa, maka kita dapat berasumsi bahwa jenis manusia Pra Sejarah Kalimantan Selatan termasuk Tanah Laut dimulai juga dengan manusia Pithecantropus di pegunungan Beratus atau pegunungan Meratus.
Semua peristiwa tersebut selalu memberikan kemungkinan dan asumsi, kita belum mengetahui pasti secara ilmiah mengenai kepurbaan manusia di Kalimantan Selatan ataupun juga di Tanah laut. Namun evolusi arus genetika dalam kehidupan pasti terjadi dalam kurun zamannya.
Kemudian juga diasumsikan bahwa Dayak Ngaju adalah penghuni kedua setelah Pithacentrapus tersebut. Mereka meninggalkan kampung halamannya setelah terjadinya perluasan kerajaan Negara Dipa. Kedatangan Dayak Ngaju ini kemungkinan datang dengan menyusuri sungai Riam kanan sampai ke hulunya, ada juga yang datang dari pegunungan melalui gunung meratus atau gunung beratus dengan menyebar sampai ke Bajuin sekarang, bahkan sampai ke hulu sungai Kintap daerah Riam Adungan. Selain itu mereka juga melakukan pengembaraan dari sungai Kahayan dan sungai Kapuas menuju selatan (laut jawa) dan memasuki sungai Tabanio dan menyusur sampai ke daerah Mentiwah
Menelusuri jejak pengembaraan manusia zaman dahulu di wilayah Tanah Laut, maka secara awal dapat diasumsikan bahwa dahulu wilayah Tanah laut pernah di huni manusia purba Pithecantrupos, kemudian dari seleksi alam mereka punah atau bermigrasi ke wilayah lain, kemudian dilanjutkan dengan kedatangan suku Dayak Ngaju sebagai penghuni kedua. Dayak Ngaju ini pada zaman dahulu banyak yang menetap di Bajuin, Riam Adungan, Tabanio dan Mentiwah.
Tulisan ini hanya bersifat asumsi berdasarkan dari cerita dan literature yang ada, masih banyak hal yang perlu dibuktikan melalui penelitian – penelitian ilmiah siapa sebenarnya manusia pertama yang ada di daerah Kabupaten Tanah Laut
Dalam zaman pra sejarah sampai dengan zaman sejarah pegunungan meratus atau pegunungan beratus (pegunungan beratus adalah pegunungan yang terletak diperbatasan Kabupaten Tanah laut dengan Kabupaten Banjar) masih merupakan sebuah semenanjung yang menjurus kearah laut jawa
Penelitian bukti – bukti dari zaman Neolitik di kaki pegunungan meratus atau pegunungan beratus seperti di Gunung Buluh Lombok, Gunung Batu kapur, Gunung Batu Mandi belum pernah dilakukan, namun kemungkinan adanya jenis binatang laut yang hidup seperti berbagai kerang dan ikan di sekitar wilayah pegunungan meratus menunjukan bahwa pada masa itu ada ciri – ciri kehidupan.
Dengan ditemukannya jenis alat batu pada tahun 1939 oleh H Kupper di Awang bangkal, kemudian pada tahun 1958 jenis kapak berimbas oleh Toer Soetardjo juga di lokasi yang sama, yaitu di Awang Bangkal di dasar sungai riam kanan Kabupaten Banjar, berupa kapak berimbas yang terbuat dari karakal kwarsa, maka kita dapat berasumsi bahwa jenis manusia Pra Sejarah Kalimantan Selatan termasuk Tanah Laut dimulai juga dengan manusia Pithecantropus di pegunungan Beratus atau pegunungan Meratus.
Semua peristiwa tersebut selalu memberikan kemungkinan dan asumsi, kita belum mengetahui pasti secara ilmiah mengenai kepurbaan manusia di Kalimantan Selatan ataupun juga di Tanah laut. Namun evolusi arus genetika dalam kehidupan pasti terjadi dalam kurun zamannya.
Kemudian juga diasumsikan bahwa Dayak Ngaju adalah penghuni kedua setelah Pithacentrapus tersebut. Mereka meninggalkan kampung halamannya setelah terjadinya perluasan kerajaan Negara Dipa. Kedatangan Dayak Ngaju ini kemungkinan datang dengan menyusuri sungai Riam kanan sampai ke hulunya, ada juga yang datang dari pegunungan melalui gunung meratus atau gunung beratus dengan menyebar sampai ke Bajuin sekarang, bahkan sampai ke hulu sungai Kintap daerah Riam Adungan. Selain itu mereka juga melakukan pengembaraan dari sungai Kahayan dan sungai Kapuas menuju selatan (laut jawa) dan memasuki sungai Tabanio dan menyusur sampai ke daerah Mentiwah
Menelusuri jejak pengembaraan manusia zaman dahulu di wilayah Tanah Laut, maka secara awal dapat diasumsikan bahwa dahulu wilayah Tanah laut pernah di huni manusia purba Pithecantrupos, kemudian dari seleksi alam mereka punah atau bermigrasi ke wilayah lain, kemudian dilanjutkan dengan kedatangan suku Dayak Ngaju sebagai penghuni kedua. Dayak Ngaju ini pada zaman dahulu banyak yang menetap di Bajuin, Riam Adungan, Tabanio dan Mentiwah.
Tulisan ini hanya bersifat asumsi berdasarkan dari cerita dan literature yang ada, masih banyak hal yang perlu dibuktikan melalui penelitian – penelitian ilmiah siapa sebenarnya manusia pertama yang ada di daerah Kabupaten Tanah Laut
(dari berbaagai sumber)
No comments:
Post a Comment