Tuesday, 8 November 2016

MENTIWAH

Mantiwah pada masa lalu diprediksi pernah tinggali oleh penduduk yang menganut kepercayaan Animisme, sebab menurut ceritanya kampong Mentiwah dulu adalah tempat orang-orang dari suku Dayak Ngaju. Mereka datang dari Kalimantan Tengah dengan menyusuri sungai Kahayan dan Sungai Kapuas sampai ke Tabanio (baca juga siap yang mendiami Wilayah Tanah Laut). Dari Tabanio mereka menyebar ke berbagai tempat. Diperkirakan salah satu tempat yang mereka jadikan tempat tinggal adalah didaerah sekitar gunung Keramaian itu terjadi pada abad ke 12,

Ada juga yang menyebutkan bahwa suku dayak ngaju ini menyebar dan menetap di sebuah hutan yang sangat lebat dan masih banyak binatang buasnya, disana mereka sering mengadakan upacara-upacara adat Bitiwah yang selanjutnya dikenal dengan lingkungan Mantiwah.

Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya hutan tersebut menjadi sebuah perkampungan yang diberi nama oleh orang-orang dari luar perkampungan Kampung Mantiwah. Pada saat itu hampir seluruh kegiatan masyarakat sehari – hari berbau Animisme seperti kebiasaan suku-suku Dayak, selain itu kampong ini juga dipimpin seorang kepala suku dan panglima, seperti tradisi dayak pada umumnya.

Namun kebiasaan tersebut akhirnya luntur, hal ini disebabkan dikirimnya oleh kerajaan Banjar seorang pendakwah dan seorang alim ulama dari Martapura yaitu Datu Lami (akan dibahas pada tulisan lain).

Dalam sebuah dokumentasi, pemimpin desa mentiwah disebut dengan Pambakal (sekarang Kepala Desa) atau Pejabat pemimpin Kampung. Sebelum tahun 1917 tidak terdokumentasi siapa yang menjadi pemimpin atau pembakal desa telaga, namun dari tahun 1917 tercatat sebagai berikut mentiwah masuk dalam wilayah administrasi Desa Telaga dengan pembakal ; Salleh 1917 s/d 1920, Djait 1920 s/d 1922, Marif 1923 s/d 1926, Kasan 1927 s/d 1939, Sukur 1940, Adjad 1940 s/d 1943, Arif 1943 s/d 1959, Anang Atjil 1960 s/d 1968, Syahdan 1968 s/d 1973, Muhammad Busra, 1973 s/d 1976, Ramlan Saberi 1976 s/d 1984, M. Paderani 1985 s/d 1991, Soenaryo 1992 s/d 2001, Bahruni Ramlan 2002 s/d 2012, Aspul 2012.

Sekarang secara administratif kewilayahan desa Mentiwah masuk dalam wilayah desa Telaga, konon Telaga ini adalah sebutan oleh orang-orang belanda yang berkunjung kedesa tersebut, karena pada saat tentara Belanda istirahat di desa mentiwah mereka merasakan keindahan alam, sejuknya udara desa dengan gemercik sebuah sungai kecil, sehingga mereka menyebutnya Telaga.



(dirangkum dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment

DINAMIKA TAKISUNG & PANTAINYA DARI TAHUN KE TAHUN

Takisung  adalah sebuah  kecamatan  yang ada di Kabupaten  Tanah Laut , Provinsi  Kalimantan Selatan ,  Indonesia . Dari segi administ...