Majakeling adalah sebuah nama jalan yang ada di Kota Pelaihari, jalan ini terletak kurang lebih 200 meter dari Mesjid Jami Syuhada Pelaihari. Majakeling selama ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat sekitar Pelaihari, apalagi beberapa tahun yang silam lokasi ini pernah menjadi sebuah pasar, sebelum lokasi dipindahan ke Pasar Tuntung pandang Pelaihari sekarang ini. Dahulu orang-orang juga menyebut daerah ini dengan sebutan LAUT.
Menelusuri istilah kata Majakeling ini sangat sulit ditemukan literaturnya, baik dari penggunaan bahasa banjar, nama tumbuh-tumbuhan, nama orang, atau bahkan nama binatang. Sehingga muncul pertanyaan dari benak kita apa sebenarnya MAJAKELING tersebut. Tulisan kali ini mencoba menghubungkan antara literature yang ada, dengan cerita orang tua dulu mengenai latar belakang kenapa daerah tersebut diberi nama jalan dengan nama Majakeling.
Berbagai literature dicoba ditelusuri, ditemukan yang hampir mendekati dari beberapa istilah Majakeling adalah antara lain ; Maja nama buah-buahan, Sonokeling nama pohon kayu, Kesumba Keling nama pohon kayu dan Keling sebagai sebutan orang.
Buah maja, berdasarkan ilmu botani buah buah maja terdiri dari dua jenis, yang pertama buah maja manis, bernama ilmiah Aegle marmelos merupakan tanaman asli Asia yang tersebar mulai dari Pakistan, India, tenggara Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kambodja, Malaysia, Filipina dan Indonesia, sedangkan buah Maja pahit bernama ilmiah Crescentia spp. berasal dari daerah Karibia, Mexico dan Amerika Tengah. Di india, daging buah maja manis biasa dikonsumsi sebagai sharbat. Ini adalah minuman tradisional, terdiri dari daging buah yang dihancurkan, dicampur dengan air, gula (atau sirup) dan es. Pucuk maja juga merupakan sayuran yang populer. Dalam ilmu pengobatan tradisional India (ayurvedic), maja dipercaya bisa mengobati gangguan pencernaan, dan demam. Dalam tradisi Hindu, maja merupakan tumbuhan “titisan” Hyang Syiwa. Hingga tanaman maja selalu ada di halaman pura Hindu. Selain pucuknya untuk sayuran, daun maja juga merupakan perangkat ritual hindu yang cukup penting.
Kayu Sonokeling (atau Sanakeling) dikenal sebagai kayu mewah asli pulau Jawa, Indonesia. bersama dengan kayu jati, Sonokeling menjadi primadona. Selain mempunyai tingkat keawetan sangat baik dan kuat, tekstur kayu ini khas dan indah. Tidak mengherankan jika harganya pun menjadi mahal. Sayangnya, tumbuhan asli Indonesia (Jawa) ini mulai sulit ditemukan di habitat aslinya, Daftar Merah IUCN mendaftarnya sebagai spesies Vulnerable (rentan).
Nama latin tumbuhan ini adalah Dalbergia latifolia Roxb., dengan nama sinonim Amerimnon latifolium (Roxb.) Kuntze dan Dalbergia emarginata Roxb. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan beberapa sebutan seperti Indonesian Rosewood, Bombay Blackwood, Indian Rosewood, Malabar Rosewood, dan Java palisander. Sedang di Indonesia Sonokeling terkadang disebut Linggota, Sono Sungu, atau Sonobrit.
Sonokeling atau Sanakeling merupakan tumbuhan penghasil kayu keras dari famili (suku) Leguminosae (atau disebut juga Fabaceae). Pohonnya berukuran sedang hingga besar dengan tinggi mencapai antara 20-40 meter. Batangnya mampu memiliki diameter hingga 1,5 meter. Pepagan (kulit bagian luar) berwarna abu-abu kecoklatan dengan alur pecah-pecah membujur.
Sedangkan Kesumba keling adalah perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2-8 m. Daunnya tunggal, bertangkai panjang, dan besar. Helaian daunnya berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, dengan pangkal yang rata dan kadang berbentuk jantung. Tepi daunnya rata, dengan pertulangan daun menyirip, ukuran daunnya: 8-20 cm × 5–12 cm, berwarna hijau berbintik merah.[1]Perbungaan tumbuhan ini majemuk, dengan warna merah muda atau putih dengan diameter 4–6 cm. Buahnya seperti rambutan, tertutup rambut seperti sikat, berwarna hijau sewaktu masih muda, dan merah tua apabila sudah masak. Buahnya pipih, panjang 2–4 cm, dan berisi banyak biji kecil berwarna merah tua.[1] Kesumba keling menyukai tempat yang hangat, lokasi dengan paparan sinar matahari yang cukup, tidak beku, dan lebih senang tumbuh didaerah tropis yang memiliki intensitas hujan yang lebih banyak sepanjang tahun
Sementara dari hasil penelusuran istilah Keling (dari bahasa Sansekerta: Kalingga) adalah sebuah nama daerah di India Selatan. Kata ini bisa pula merujuk kepada suatu suku bangsa Dravida atau Tamil yang berasal dari sana. Selain itu juga istilah Keling dikaitkan dengan berdirinya Kerajaan Kalingga (Holing) yang dirajai Ratu Sima, pada abad ke 7 di Indonesia. Di Indonesia istilah atau perkataan orang Keling yaitu sebutan bagi orang yang berkulit hitam biasanya ditujukan kepada orang Tamil atau orang Afrika, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keling banyak mengandung arti keling ; orang berkulit hitam yang berasal dari India selatan, keling ; Paku berkepala dua untuk menyambung besi
Merujuk dari cerita orang tua dulu bahwa dahulu di daerah majakeling sekarang, pernah tumbuh sebatang pohon yang sangat besar, berada tepat di persimpangan antara Jalan Majakeling, Jalan Darma, Jalan Sawahan dan Danau permai, konon pohon tersebut dibawa dan ditanam oleh orang pendatang dari negeri seberang. Tapi sayang tanaman tersebut hanya bertahan sampai dengan tahun 80an, sekarang pohonnya sudah punah dan berganti dengan pohon kariwaya. Pohon tersebut kalau memperhatikan dari beberapa literature diatas maka dapat disimpulkan adalah pohon buah maja. Kemudian memperhatikan bahwa didaerah tidak jauh dengan Jalan majakeling ada beberapa komunitas keturunan India, menghubungkan dengan istilah keling, maka tidak menutup kemungkinan mereka adalah keturunan orang-orang keling yang datang dari India atau dari kerajaan Kalingga. mengingat pohon buah maja ini banyak dimanfaatkan oleh orang-orang dari india. Sehingga diasumsikan bahwa pohon maja yang tumbuh di daerah tersebut dibawa oleh orang-orang keling tersebut, dan disbutlah pohon tersebut dengan sebutan POHON MAJAKELING, sebutan oleh masyarakat waktu itu pada gabungan kata pohon buah maja yang dibawa dan orang keling dari India sebagai pembawa dan yang menanam pohon maja tersebut. Akhirnya Majakeling tetap melekat sampai dengan sekarang menjadi sebuah nama Jalan, yaitu JALAN MAJAKELING.
Menelusuri istilah kata Majakeling ini sangat sulit ditemukan literaturnya, baik dari penggunaan bahasa banjar, nama tumbuh-tumbuhan, nama orang, atau bahkan nama binatang. Sehingga muncul pertanyaan dari benak kita apa sebenarnya MAJAKELING tersebut. Tulisan kali ini mencoba menghubungkan antara literature yang ada, dengan cerita orang tua dulu mengenai latar belakang kenapa daerah tersebut diberi nama jalan dengan nama Majakeling.
Berbagai literature dicoba ditelusuri, ditemukan yang hampir mendekati dari beberapa istilah Majakeling adalah antara lain ; Maja nama buah-buahan, Sonokeling nama pohon kayu, Kesumba Keling nama pohon kayu dan Keling sebagai sebutan orang.
Buah maja, berdasarkan ilmu botani buah buah maja terdiri dari dua jenis, yang pertama buah maja manis, bernama ilmiah Aegle marmelos merupakan tanaman asli Asia yang tersebar mulai dari Pakistan, India, tenggara Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kambodja, Malaysia, Filipina dan Indonesia, sedangkan buah Maja pahit bernama ilmiah Crescentia spp. berasal dari daerah Karibia, Mexico dan Amerika Tengah. Di india, daging buah maja manis biasa dikonsumsi sebagai sharbat. Ini adalah minuman tradisional, terdiri dari daging buah yang dihancurkan, dicampur dengan air, gula (atau sirup) dan es. Pucuk maja juga merupakan sayuran yang populer. Dalam ilmu pengobatan tradisional India (ayurvedic), maja dipercaya bisa mengobati gangguan pencernaan, dan demam. Dalam tradisi Hindu, maja merupakan tumbuhan “titisan” Hyang Syiwa. Hingga tanaman maja selalu ada di halaman pura Hindu. Selain pucuknya untuk sayuran, daun maja juga merupakan perangkat ritual hindu yang cukup penting.
Kayu Sonokeling (atau Sanakeling) dikenal sebagai kayu mewah asli pulau Jawa, Indonesia. bersama dengan kayu jati, Sonokeling menjadi primadona. Selain mempunyai tingkat keawetan sangat baik dan kuat, tekstur kayu ini khas dan indah. Tidak mengherankan jika harganya pun menjadi mahal. Sayangnya, tumbuhan asli Indonesia (Jawa) ini mulai sulit ditemukan di habitat aslinya, Daftar Merah IUCN mendaftarnya sebagai spesies Vulnerable (rentan).
Nama latin tumbuhan ini adalah Dalbergia latifolia Roxb., dengan nama sinonim Amerimnon latifolium (Roxb.) Kuntze dan Dalbergia emarginata Roxb. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan beberapa sebutan seperti Indonesian Rosewood, Bombay Blackwood, Indian Rosewood, Malabar Rosewood, dan Java palisander. Sedang di Indonesia Sonokeling terkadang disebut Linggota, Sono Sungu, atau Sonobrit.
Sonokeling atau Sanakeling merupakan tumbuhan penghasil kayu keras dari famili (suku) Leguminosae (atau disebut juga Fabaceae). Pohonnya berukuran sedang hingga besar dengan tinggi mencapai antara 20-40 meter. Batangnya mampu memiliki diameter hingga 1,5 meter. Pepagan (kulit bagian luar) berwarna abu-abu kecoklatan dengan alur pecah-pecah membujur.
Sedangkan Kesumba keling adalah perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2-8 m. Daunnya tunggal, bertangkai panjang, dan besar. Helaian daunnya berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, dengan pangkal yang rata dan kadang berbentuk jantung. Tepi daunnya rata, dengan pertulangan daun menyirip, ukuran daunnya: 8-20 cm × 5–12 cm, berwarna hijau berbintik merah.[1]Perbungaan tumbuhan ini majemuk, dengan warna merah muda atau putih dengan diameter 4–6 cm. Buahnya seperti rambutan, tertutup rambut seperti sikat, berwarna hijau sewaktu masih muda, dan merah tua apabila sudah masak. Buahnya pipih, panjang 2–4 cm, dan berisi banyak biji kecil berwarna merah tua.[1] Kesumba keling menyukai tempat yang hangat, lokasi dengan paparan sinar matahari yang cukup, tidak beku, dan lebih senang tumbuh didaerah tropis yang memiliki intensitas hujan yang lebih banyak sepanjang tahun
Sementara dari hasil penelusuran istilah Keling (dari bahasa Sansekerta: Kalingga) adalah sebuah nama daerah di India Selatan. Kata ini bisa pula merujuk kepada suatu suku bangsa Dravida atau Tamil yang berasal dari sana. Selain itu juga istilah Keling dikaitkan dengan berdirinya Kerajaan Kalingga (Holing) yang dirajai Ratu Sima, pada abad ke 7 di Indonesia. Di Indonesia istilah atau perkataan orang Keling yaitu sebutan bagi orang yang berkulit hitam biasanya ditujukan kepada orang Tamil atau orang Afrika, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keling banyak mengandung arti keling ; orang berkulit hitam yang berasal dari India selatan, keling ; Paku berkepala dua untuk menyambung besi
Merujuk dari cerita orang tua dulu bahwa dahulu di daerah majakeling sekarang, pernah tumbuh sebatang pohon yang sangat besar, berada tepat di persimpangan antara Jalan Majakeling, Jalan Darma, Jalan Sawahan dan Danau permai, konon pohon tersebut dibawa dan ditanam oleh orang pendatang dari negeri seberang. Tapi sayang tanaman tersebut hanya bertahan sampai dengan tahun 80an, sekarang pohonnya sudah punah dan berganti dengan pohon kariwaya. Pohon tersebut kalau memperhatikan dari beberapa literature diatas maka dapat disimpulkan adalah pohon buah maja. Kemudian memperhatikan bahwa didaerah tidak jauh dengan Jalan majakeling ada beberapa komunitas keturunan India, menghubungkan dengan istilah keling, maka tidak menutup kemungkinan mereka adalah keturunan orang-orang keling yang datang dari India atau dari kerajaan Kalingga. mengingat pohon buah maja ini banyak dimanfaatkan oleh orang-orang dari india. Sehingga diasumsikan bahwa pohon maja yang tumbuh di daerah tersebut dibawa oleh orang-orang keling tersebut, dan disbutlah pohon tersebut dengan sebutan POHON MAJAKELING, sebutan oleh masyarakat waktu itu pada gabungan kata pohon buah maja yang dibawa dan orang keling dari India sebagai pembawa dan yang menanam pohon maja tersebut. Akhirnya Majakeling tetap melekat sampai dengan sekarang menjadi sebuah nama Jalan, yaitu JALAN MAJAKELING.
No comments:
Post a Comment