Tuesday 17 September 2013

31 JANUARI 2006 MOMENTUM PENYADARAN




Bulan Januari 2006 ini, rakyat Indonesia merayakan tiga pergantian tahun  sekaligus:  tahun baru Islam 1 Muharram 1427 H, 1 Suro 1939 Saka Jawa dan Tahun Baru Imlek 2557. Dalam kalender 2006 Masehi, 1 Muharram 1427 H bertepatan dengan hari selasa 31 Januari. Tanggal 1 Suro 1939 bertepatan dengan hari itu juga, untuk tahun baru imlek 2557 jatuh pada hari minggu tanggal 29 Januari, namun sedikit perbedaan perhitungan, menurut beberapa ahli ada yang menyebutkan bahwa tahun baru Imlek 2557 jatuh pada hari selasa tanggal 31 Januari 2006, bertepatan dengan tahun baru Islam dan awal tahun Saka Jawa. Jadi kalau pendapat itu yang kita pakai, maka pada hari dan tanggal tanggal tersebut terjadi tiga tahun baru sekaligus dengan latar belakang agama dan budaya yang berbeda.
Sistem penanggalan ketiga macam tahun tersebut berbeda dengan sistem penanggalan Masehi yang berdasarkan pergerakan Matahari, tetapi berdasarkan pergerakan bulan (lunar) mengelilingi bumi. Walaupun menggunakan sistem penanggalan yang sama, ketiganya memiliki sejarah sendiri – sendiri.
Pada umumnya umat Islam berpendapat sejarah dimulainya perhitungan tahun Islam;  Khalifah Umar bin Khatab r.a. adalah orang yang pertama menggunakan kalender bulan kamariah berdasarkan peristiwa hijrah Nabi saw. dari Mekah ke Madinah. Beliau menjadikan peristiwa yang terjadi pada tanggal 16 Juli 622 M. itu sebagai awal penanggalan dalam Islam. Namun K.H. Dr Jalaludin Rahmat (Kang Jalal) berpendapat lain yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad yang ditemani sahabat Abu Bakar hijrah ke Madinah pada 12 Rabiul Awal bukan pada 1 Muharam sebagai tanda dimulainya Tahun Hijriah. Selain itu Kang Jalal menyebutkan bahwa untuk peringatan Tahun Baru Islam tiap 1 Muharam baru dimulai sejak 25 tahun lalu atau sekitar tahun 1970-an yang berasal dari ide pertemuan cendekiawan Islam di AS. "Waktu itu terjadi fenomena maraknya dakwah, -masjid dipenuhi jemaah, dan munculnya jilbab hingga kemudian dikatakan sebagai kebangkitan Islam, Islamic Revival.
Hal ini diperkuat dengan liputan majalah Times yang dalam sampul depannya memuat tulisan Islamic Revival,". Tujuannya adalah untuk lebih menggelorakan kebangkitan Islam, lanjut Kang Jalal, akhirnya disepakati perlunya peringatan tahun baru Islam hingga menyebar ke seluruh Muslimin termasuk di Indonesia. (Pikiran Rakyat, 11 Maret, 2004)
Tahun Saka Jawa pada awalnya menggunakan sistem penanggalan berdasarkan pergerakan matahari. Tetapi pada tahun saka Hindu 1555 bertepatan dengan tahun 1633 M, Raja Mataram Sri Sultan Agung Prabu Hanyokrokusuma mengganti konsep tersebut dasar sistem penanggalan Matahari menjadi sistem Bulan. Tahun Saka Jawa ini sebagai sebuah sistem penanggalan Jawa yang mengandung unsur kebudayaan.
Tahun baru Imlek ada perbedaan dengan persepsi banyak orang, karena pada tahun baru ini banyak orang yang beranggapan merupakan perayaan keagamaan yaitu agama Buddha, padahal tahun baru Imlek adalah sebuah kebudayaan yang muncul dari budaya negeri Cina. Indentifikasi Imlek sebagai hari raya Buddha pada saat agama Buddha telah menyebar di Tiongkok, yaitu pada jaman Dinasti Han (202 SM-221 M). Pada saat itu agama ini hanya dianut oleh kalangan istana saja, namun lama kelamaan menyebar dikalangan masyarakat. Rakyat yang menganut agama Buddha masih tetap mempertahankan budaya tradisional, bahkan kadang – kadang tercampur dengan kepercayaan lama mereka seperti Taoisme dan Konfusianisme. Mereka kadang – kadang pada saat merayakan hari raya keagamaan juga sekaligus melakukan perayaan  tradisional. Hal inilah yang mungkin menyebabkan orang beranggapan bahwa hari raya Imlek adalah merupakan hari raya agama Buddha.
Terlepas dari tiga unsur perbedaan yang dikandungnya, atau cara merayakan yang berbeda, maupun perbedaan sejarahnya, yang pasti ketiganya dirayakan oleh rakyat Indonesia, baik yang berasal dari agama Islam, Buddha atau dari etnis Jawa atau Cina.
Hal yang paling penting dari perayaan tersebut adalah kita dapat merenungkan bersama dari terjadinya tiga tahun baru ini secara bersamaan. Negara kita adalah negara kesatuan yang menjunjung tinggi nilai – nilai keagamaan, sehingga kita sebagai penganut agama apapun yang diakui oleh negara harus saling hormat menghormati, harapan yang terlahir tentunya dari perayaan itu adalah dapat menjadi momentum penyadaran, sehingga tidak terjadi lagi teror atau pertikaian yang dilatar belakangi isu agama. Selain itu negara kita yang terdiri dari beragam etnis dan suku, dengan keragamannya itu kita harapkan penyadaran kembali tentang kerangka negara kesatuan sehingga dapat menciptakan perdamaian dan kemakmuran bagi rakyat yang menempati negeri ini.
Akhirnya sekali lagi mudah – mudahan 31 Januari 2006 dapat menjadi sebuah momentum denting penyadaran kembali, menuju negara yang aman adil dan makmur.  Tidak perlu lagi ada pertikaian antar agama, tidak perlu lagi pertikaian antar suku, yang perlu ada adalah mari membangun dan menciptakan perdamaian dinegeri ini bersama – sama. Selamat Tahun Baru Islam 1247 Hijriah, selamat Tahun Baru Saka Jawa 1939, dan selamat Tahun Baru Imlek 2557.


Jogjakarta, 16 Januari 2006
     Penulis

        ISMAIL FAHMI

Thursday 15 August 2013

PENGGARAPAN SEKTOR WISATA DI KALIMANTAN SELATAN (JANGAN HANYA WACANA)



Paradigma pembangunan di beberapa provinsi di Indonesia lebih berorientasi kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya adalah industri pariwisata. Demikian juga halnya yang berlangsung di Provinsi Kalimatan Selatan, yang beberapa waktu terakhir ini banyak memanfaatkan sector pertambangan, sekarang ini mulai melirik sector pariwisata.
Aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif oleh kalimatan Selatan, seperti yang dimuat dalam salah satu media massa “Pemerintah Provinsi Kalimatan Selatan mulai serius garap pariwisata”, dengan harapan dapat menggantikan sektor pertambangan yang selama ini menjadi primadona dalam menambah pundit-pundi daerah. 
Sektor pariwisata memang cukup menjanjikan untuk turut membantu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), dan secara pragmatis juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Apalagi situasi nasional yang sekarang ini mulai stabil khususnya dalam bidang politik dan keamanan, sehingga akan dapat memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan asing untuk masuk ke wilayah Indonesia
Munculnya UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, selanjutnya direvisi dengan UU No 32 tahun 2004, yang telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya termasuk sektor kepariwisataan, ditambah lagi telah ditetapkannya UU Kepariwisataan No 10 tahun 2009 yang merupakan revisi dari UU No 09 tahun 1990, adalah sebuah momentum yang harus dimanfaatkan pemerintah daerah khususnya pemerintah provinsi kalimantan selatan untuk mulai serius menggarap sektor pariwisata. 
Kemauan dan sambutan serius gubernur terhadap pemanfaatan sector pariwisata ini harus direspon dengan cepat oleh pihak-pihak yang berkompeten dibidang pariwisata khususnya Dinas Kebudayaan, pariwisata Pemuda, dan Olahraga provinsi Kalimatan Selatan.

Respon cepat tersebut antara lain adalah memperjelas visi dan misi pengembangan pariwisata di propinsi Kalimantan selatan. Agar sector pariwisata di Provinsi Kalimatan Selatan benar-benar mampu berkembang seperti yang diharapkan. Salah satu misalnya, Visi pemasaran, Thailand merumuskan konsep ”Amazing Thailand” lewat sebuah proses visioner yang panjang. Visi itu dituangkan dengan baik dalam “Thailand 2012”, Yogyakarta merumuskan sebuah brand yang dikenal sebagai “Jogja is never ending Asia” . Objektifnya adalah mempromosikan sekaligus menciptakan image daerah sebagai daerah kunjungan wisata yang benar-benar menarik untuk dikunjungi. Provinsi kalimatan selatan dalam hal ini harus memiliki visi yang jelas melalui “brand image” agar orang tertarik datang ke provinsi kalimatan selatan
Misi yang jelas, industri pariwisata diarahkan sebagai industri yang berkesinambungan dan tidak akan berhenti hanya ada peristiwa-peristiwa politik. Arahnya tidak boleh berubah hanya karena berganti pemerintahan, dengan misi yang jelas Israel adalah salah satu contoh negara yang yang turisnya tetap berkunjung ke Yerusalem kendati perang terus berkecamuk. 
Menyikapi keseriusan gubernur Kalimantan Selatan dalam pengembangan sector pariwisata, maka visi dan misi yang jelas dan realistis, serta melihat dengan lebih bijaksana, serta mampu memilah siapa yang realis kita jadikan segmen pasar, apa produk yang kita jadikan unggulan adalah salah satu langkah awal. Sehingga keseriusan ini bukan hanya menjadi sebuah wacana tetapi sudah mengarah pada sebuah rencana dan mampu direalisasikan.

DINAMIKA TAKISUNG & PANTAINYA DARI TAHUN KE TAHUN

Takisung  adalah sebuah  kecamatan  yang ada di Kabupaten  Tanah Laut , Provinsi  Kalimantan Selatan ,  Indonesia . Dari segi administ...